Asia

Kelas Tembikar / Pottery Class di Yogya

June 28, 2020
Kelas tembikar Yogya
Keinginan untuk ikutan kelas tembikar sebetulnya sudah ada sejak pertama kali tinggal di Yogya, sekitar 7 tahun yang lalu. Waktu itumungkin karena sibuk hal lain, keinginan itu terlupakan. Tahun lalu sempat kepikiran lagi dan sudah sampai di tahap tanya-tanya di beberapa studio atau penjual keramik, tapi mungkin karena belum ketemu waktu yang pas, ya tetap masih tidak terlaksana. Nah, minggu lalu, saya ikutan juga kelas pottery di Yogya. Hore! Saya mau cerita sedikit nih.

 
Pasti bukan cuma saya yang pengin coba rasain mijit-mijit tanah liat di roda tembikar, kan? Pasti potongan classic pottery scene dari film Ghost pasti langsung muncul. Ya kan? Ya kan? Tunggu dulu, seperti biasa, realita tidak akan seindah di film. Hehe… Ternyata susah loh bikin tembikar dengan puteran itu. Oh ya, selain pottery wheel-nya, saya juga selalu keingat Demi Moore cantik banget dengan rambut pendeknya di scene itu. Haha… dulu sampai sempat mikir mau potong rambut jadi pendek gitu tapi tidak jadi karena nanti malahan ngembang banget rambutnya.
 

Ini dibuat dengan teknik throwing

 
Long story short… saya memutuskan untuk ikutan Pottery Class di Buntari Ceramics Studio Yogyakarta.
Update: Buntari owners memutuskan untuk berpisah dalam menjalanan bisnis keramik. Kalau kamu di utara Yogya, bisa dengan Mas Sidik di Buntari Ceramics, dan jika kamu di selatan Yogya, bisa dengan Lukita Ceramics (Mas Komar, Mas Hanung dan Mas Noris). 
 
Senang sekali akhirnya mewujudkan keinginan yang lama terpendam haha. Terus jadi double happy karena ini adalah kado ulang tahun dari suami (yang artinya dibayarin hehe), jadi saya memutuskan ikutan dua kelas. Studio keramik ini menawarkan dua kelas tembikar, yaitu Throwing Technique Class (harganya Rp250,000) dan Pinching Technique Class (harganya Rp200,000). Update: Saat ini, October 2023, harga kelasnya sekitar Rp350,000. Kalau kamu mau ala-ala film Ghost, ambil yang Throwing Technique Class ya hahaha. Jadi, throwing technique menggunakan roda tembikar, sementara pinching technique adalah seperti teknik pijat, membentuk menggunakan tangan saja.
 

Saya penasaran sekali dengan yang ini. Seperti apa jadinya setelah glazing dan firing kedua.

 
Biaya sudah termasuk fasilitas, tanah liat sekitar 500 gram, dan akan ada 3 pertemuan. Pertemuan pertama: pembentukan/forming, pertemuan kedua: finishing (trimming, decorating, pointing), dan pertemuan ketiga: glazing (tapi saya decorating di pertemuan ke-3, dan glazing-nya dibantuin sama mas-mas di studio hehe). Dengan teknik throwing, saya membuat 1 cangkir kecil, 1 mangkuk kecil, dan 1 piring kecil. Dengan teknik pinching, saya membuat 1 tempat sabun berbentuk ikan, dan 1 gelas dengan kuda nil di dalamnya (terima kasih Mas Sidik sudah membantu buatkan kuda nil-nya). Untuk yang tempat sabun berbentuk ikan, saya diajarkan juga cara membuat lempeng. Seperti bikin kue, pakai rol kayu penggilas. Seru deh!
 

Tempat sabun bentuk ikan dibuat dengan teknik pinching.

 
Saat ini saya sudah selesai semua pertemuan (pertemuan 1 di 20 Juni, pertemuan 2 di 22 Juni dan pertemuan 3 di 27 Juni). Dari semua pertemuan itu, menurut saya, tahap awal: pembentukan atau forming adalah tahap yang paling sulit. Tugas berat pertama adalah menekan-nekan dan membanting atau meremas-remas tanah liat dengan baik supaya tidak ada bubble dan lebih menyatu (I think?!). Butuh energi banyak pada tahap ini. Setelah itu ada coning up dan down, ini juga (ternyata) tugas berat hahaha. Begitu pula centering, astaga bikin bingung bin keki. Saya berkali-kali tanya ke Mas Sidik, gimana ya Mas cara lihatnya sudah center atau belum? Dijawab dengan jawaban yang sama oleh Mas Sidik, tapi ya tetap saja saya gak ngerti. Mungkin akan semakin mahir jika jam terbang sudah tinggi hehee. Sementara minta tolong di-center-in sama Mas Sidik dulu, ehehehe untung Mas Sidik baik hati.
 

Ini dia Mas Sidik yang ngajarin saya!

 
Ada banyak hal lainnya yang diajarkan oleh Mas Sidik, tapi beberapa kurang jelas dan mungkin saya juga yang kapasitas menerima informasinya sudah kepenuhan hehe. Dan ada juga percakapan-percakapan antara Mas Sidik dengan Mas Hanung, atau dengan Mas Santos tentang tanah liat yang cukup menarik dan jadi bertanya-tanya tentang pembuatan cangkir, piring, atau lainnya. Saya rencananya ingin ikutan lagi kelasnya, jadi bisa belajar lebih banyak. Oh ya, hari Rabu (tiga hari lagi), katanya karya saya sudah bisa diambil. Rasanya tidak sabar untuk lihat hasilnya. Nanti saya update lagi ya. Mungkin akan coba review satu-satu karya yang saya buattentunya karya ini dibuat dengan bantuan Mas Sidik.
 

Karya-karyaku mejeng di roda tembikar barengan produk studio keramik!

 
Salah satu hal yang saya pelajari dari keadaan covid19 sekarang ini adalah: fokus pada diri sendiri. Kondisi saat ini membuat saya mengingat dan mewujudkan keinginan lama. Kadang-kadang kita memang perlu berhenti sebentar untuk berpikir ulang dan bertanya pada diri sendiri tentang apa yang mau dilakukan, apa yang membuat hati terasa lebih hangat, apa saja keinginan yang terlantar, dan lainnya. Ikutan kelas tembikar ini rasanya menyenangkan. Dan rasa senang ini akan tahan lama sekali. Terima kasih ya sudah bermain tanah liat bersama.
 

Lukita Ceramic Studio – IG: @lukitaceramic
Sekarpetak, RT:02, Gedongan, Bangunjiwo, Kec. Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55284

Buntari Ceramics Studio – IG: @buntariceramics
Jl. Kopen II Jl. Banteng Raya, Banteng, Sinduharjo, Kec. Ngaglik, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281

You Might Also Like

12 Comments

  • Reply sidik purnomo June 29, 2020 at 2:17 am

    terimakasih mbak firsta sudah main di tempat kami.

    • Reply firsta June 29, 2020 at 4:38 am

      Mas Sidik, nanti main lagi boleh yaaa. Terima kasih sudah mengajari hehe.

  • Reply Astriatrianjani July 2, 2020 at 12:05 pm

    Asyik banget kayaknya mbak, apalagi tempat sabun yang bentuknya ikan itu. saya jadi keinget masa kecil dulu, suka banget main pake tanah. Bikin boneka, asbak, dan benda-benda lain dari tanah liat. Butuh ketaletan juga ya pastinya, makin lama pasti makin pinter.
    Ditunggu kelanjutannya mbak😁

    • Reply firsta July 7, 2020 at 4:26 am

      Hi Astri, terima kasih sudah mampir ke sini 🙂 Iya, sudah diambil karya yang sudah selesai. Akan di-update segera hehe. Iya, menyenangkan ya shaping dengan tanah. Saya jadi kepikiran mau beli tanah liatnya dan iseng bikin-bikin sendiri di rumah haha, tapi mesti titip bakarnya.

  • Reply Lutfi Wahyudyanti July 6, 2020 at 2:01 am

    Ahh, aku juga berwacana buat ambil kursus keramik sejak tahun lalu. Gara2 pengen punya gelas unyu buat sensiri. Masih galau mau pilih di sini (lebih murah dan ada 3x pertemuan) atau di tempat lain yang naksir produk jadinya. Makasih infonya

    • Reply firsta July 7, 2020 at 4:28 am

      Mungkin tanya dulu beberapa tempat yang kamu pengin, biaya dan seperti apa teknis kelasnya (ada berapa kali pertemuan, etc). Dan kalau punya rezeki lebih, bisa coba dibeberapa tempat juga mungkin hehee. Pasti ada hal berbeda yang bisa dipelajari dari manapun ya.

  • Reply Lidia Mulyani July 7, 2020 at 6:54 am

    Sejak awal lihat postingan Mba Firsta, jadi gemes sendiri lihat hasilnya yg tempat bentuk ikan itu :D. Seru juga ya Mba, wah jadi punya list tambahan kelas buat diikutin.

    • Reply firsta August 13, 2020 at 6:27 am

      Lidiaaaa, aku baru baca haha. Iya seru, aku bolak balik ke Buntari untuk coba-coba beberapa hal. Semoga bisa segera ikutan kelasnya ya.

  • Reply Review Hasil Workshop Keramik di Yogya – Hello Firsta July 16, 2020 at 6:29 am

    […] hai! Kemarin sempat cerita sedikit tentang pengalaman ikutan kelas tembikar, ceritanya bisa dibaca di sini. Tulisan kali ini, selain saya mau mengingat proses yang terjadi selama tiga kali pertemuan di […]

  • Reply Tirta July 29, 2020 at 2:05 am

    Wah kak makasih banyak infonya, jadi tertarik juga ☺
    Kak kalau boleh sharing lagi dari yang udh kakak cari sebagai referensi, tempat tempat yang buka poetry class dimana aja ya? Dan bedanya sm yang tempat ini apa aja?

    • Reply firsta August 13, 2020 at 6:43 am

      Hi Tirta, awalnya aku cuma tahu Buntari, Kaloka dan di Desa Wisata Kasongan, di Yogya. Dan dari temanku, aku dengar soal Luthuk Keramik juga. Aku pilih Buntari karena ngerasa paling cocok saja ketika tanya-tanya soal workshop. Di Buntari 1 instruktur handle 1 orang, jadi menurutku lebih fokus belajarnya.
      Kalau punya bujet dan waktu lebih, coba semua tempat aja hehee karena kemungkinan besar jadi belajar beberapa hal-hal yang berbeda.

  • Reply itakbolu April 9, 2021 at 12:13 am

    Mbak, ini biayanya 200/250 tiap 1x pertemuan atau segitu udah 3x pertemuan?
    Aku pengeeenn bgt ikutan belajar bikin keramik disana 😍😍🙏

  • Leave a Reply to firsta Cancel Reply