Tahun 2017 ketika lagi jalan-jalan di Tanzania, saya sempat intip-intip negara tetangga dan sekitarnya sambil menganalisis negara mana saja yang ramah visa untuk orang Indonesia. Hehe… Ramah visa di sini maksudnya adalah free visa, visa on arrival atau e-visa.
Kala itu, dengan Tanzania (dan juga Malawi) sebagai titik awal di benua Afrika, kurang lebih ada dua opsi jalur yang kami pertimbangkan. Jalur pertama Kenya, Ethiopia, Sudan dan Mesir, atau opsi lain adalah Zambia, Botswana dan Afrika Selatan—dan mungkin juga dengan Namibia.
Zambia dan Kenya keduanya bisa e-visa yayyy! Sedangkan sisanya, Ethiopia, Sudan, Mesir, Botswana dan Afrika Selatan harus mengajukan visa via konsulat (kalau di Wikipedia tertulis visa required). Wah terpaksa gambling untuk mencoba mengajukan dari negara tetangga.
Setelah ditimbang-timbang dan penasaran banget sama Botswana hehe, akhirnya saya mengajukan e-visa ke Zambia, dan berharap visa negara berikutnya: Botswana dan Afrika Selatan, bisa diperoleh ketika saya tiba di Zambia nanti. Hampir dua minggu berselang, tidak ada jawaban atas aplikasi e-visa Zambia. Sambil menunggu, dan takut tidak di-approve, saya mengajukan e-visa untuk Kenya. Eh kok, e-visa Kenya sehari setelahnya langsung approved.
Waktu itu mikirnya, yaaahhh … belum jodoh untuk jalan-jalan jalur Zambia-Botswana-Afrika Selatan. Karena sudah kepepet waktu, akhirnya kami memutuskan untuk beli tiket pesawat ke Kenya. Di hari penerbangan ke Kenya, e-visa Zambia mendarat manis di inbox. Hahaha… Dasar hidup! Selalu saja ada hal lucu-lucu yang bikin meringis.
Singkat kata, opsi Kenya-Ethiopia-Sudan-Mesir pun tidak berjalan lancar. Saya hanya berhasil sampai Ethiopia dan setelahnya kembali ke Indonesia. Kalau mau baca aplikasi visa Ethiopia (waktu itu saya apply dari Nairobi, Kenya) – monggo baca visa Ethiopia untuk orang Indonesia di sini.
Saya ditolak mentah-mentah ketika mencoba apply visa Sudan dan Mesir dari Nairobi, Kenya. Katanya harus apply dari home country, Indonesia. Btw, saya mengunjungi Mesir di trip terpisah, silakan baca cerita aplikasi visa Mesir di sini.
Nah! Akhir 2021-awal tahun 2022 ini, saya dan suami sudah niat untuk ke Inggris, lalu lanjut ke Afrika Selatan, Namibia dan Botswana. Sudah persiapan apply visa Afrika Selatan dari Jakarta, Namibia free visa untuk orang Indonesia, sedangkan untuk Botswana akan coba apply dari Afrika Selatan.
Lalu, ternyata varian baru covid muncul—Omicron krik krik krik. Langsung mikir, ah cancel deh ke Afrika karena pusat munculnya varian baru dari negara-negara tersebut. Tapi, pertengahan Januari 2022, Inggris juga case Omicron-nya cukup tinggi. Baik dari Afrika Selatan, maupun dari Inggris, ketika kembali ke Indonesia, diwajibkan karantina hotel 10 hari. Ya salaaammm. Setelah mikir panjang lala lala lili lili, kami memutuskan, ok tetap berangkat tapi hanya Afrika Selatan saja. Hahaha! Lagi lagi … dasar hidup! Penuh dengan gonta-ganti rencana.
Prolognya panjang amat yaaa? Hahaha iya! Seperti biasa, prolog panjang karena cerita aplikasi visa Afrika Selatan-nya mah singkat bettt. Kan biar agak seru gimana gitu dulu ya … (ya kan? atau malah pusing? hahaaha). Semoga biar terkesan bertele-tele, prolog-nya bermanfaat. 😉
Syarat-syarat pengajuan visa Afrika Selatan
- Fotokopi paspor (pastikan masa berlaku paspor masih ada lebih dari 6 bulan).
- Mengisi form BI-84 – saya dapat formulirnya dari Kedutaan. Formulirnya tidak susah di isi dan cuma 2 lembar. Katanya sih bisa diunduh di tautan ini – http://www.dha.gov.za/documents/bi-84.pdf, tapi gak ada dokumennya hiks. Karena form-nya gak susah, menurutku bisa kok isi form-nya langsung pas sekalian submit dokumen syarat visa. Biar gak bolak balik.
- Dua lembar pas foto ukuran 4×6. Seingat saya tidak ada keharusan background warna tertentu, tapi waktu itu saya pakai background putih.
- Flight itinerary. Hanya reservasi saja, bukan issued tickets.
- Reservasi hotel selama kunjungan di Afrika Selatan. Bisa booking di booking.com, cari aja yang bisa dibatalkan tanpa biaya.
- Bukti finansial, seperti rekening koran/bank statement, slip gaji, dll.
- Membayar biaya sebesar Rp650,000. Ini saya transfer di hari yang sama ketika sudah submit dokumennya, transfer di atm di bank yang ada di gedung yang sama (Wisma GKBI).
Gampang kan persyaratannya? Secara garis besar seperti dokumen-dokumen visa pada umumnya. Saya menemui kendala di bagian bukti finansial, ternyata tidak cukup hanya memberikan rekening koran dengan nominal ok. Katanya karena pekerjaan saya adalah freelancer, saya harus bisa menunjukan nama instansi/perusahaan yang membayar saya tiap bulan (bingung gaesss, kan freelancer?). Intinya di rekening saya tidak ada sama sekali nama perusahaan yang bisa di-highlight. Isinya adalah transferan dari Paypal saya sendiri haha atau nama perorangan (individu yang kerjasama dengan saya). Akhirnya terpaksa saya kirim juga statement dari Paypal dan diterima.
Proses
Proses aplikasi visa memakan waktu 5 hari, tapi pada kenyataannya bisa juga lebih cepat, keesokan harinya bisa juga sudah jadi. Di sana tertulis jika aplikasi adalah aplikasi grup atau lebih dari 9 orang, maka dibutuhkan waktu 10 hari untuk proses visa. Sebaiknya ditanyakan kembali ketika menyerahkan dokumen.
Seingat saya di form tidak ada pertanyaan apakah perlu single atau multiple entry. Waktu itu kemungkinan saya menyebutkan ke Ibu Erlan/Elan (bagian penerimaan dokumen) bahwa saya menginginkan multiple entry. Atau bisa jadi diberikan multiple karena melihat itinerary yang saya lampirkan.
Visa yang diperoleh adalah visa turis multiple entry, berlaku selama 3 bulan dari tanggal visa diterbitkan. Berlaku 3 bulan di sini adalah untuk masuk wilayah Afrika Selatan. Di lembar visa tertulis: No. of entry MULTIPLE on or before 2022/02/22. Jadi saya bisa masuk ke Afrika Selatan maksimal tanggal 21 Februari dan bisa berada di sana selama maksimal 75 hari (tertulis: each visit not to exceed 75 days).
Alamat Kedutaan
Embassy of the Republic of South Africa (Kedutaan Besar Republik Afrika Selatan)
Wisma GKBI, Jl. Jend. Sudirman No.28, RT.14/RW.1, Bendungan Hilir, Tanah Abang, Central Jakarta City, Jakarta 10210, Indonesia.
Kedutaan buka Senin-Jumat jam 9 pagi sampai jam 12 siang. Sepertinya karena pandemi kadang ada penyesuaian untuk hari operasional.
Saya sempat rada surprised ketika mereka tanya-tanya soal penghasilan, padahal rekening koran sudah disediakan dan nominalnya mencukupi banget. Langsung teringat betapa mudahnya untuk mayoritas orang asing mengunjungi Indonesia, mana ada ditanya-tanya soal penghasilan ya kan? But even so, I always love to visit a new country. Walaupun kadang per-visaan ini bisa bikin emosi dan merasa hidup itu gak adil hahaha, yaaaa tetap bawa happy dan apply saja.
Sedikit cerita dari Afrika Selatan
Siang ini, saya menulis blog post ini dari sebuah kafe di Rosebank, Johannesburg. Nama kafenya “Father Coffee”. Tadi pas pesan flat white, saya lihat ada kopi Aceh, Indonesia dan langsung memekik girang sendirian—wkwkw norak biasa deh! Baristanya lihat dan kasih sample cup kecil kopi Aceh itu. Saya terima kopi pemberiannya sambil senyum dan bilang kalau saya dari Indonesia. “Ah, you don’t have to be homesick now because you have a little taste of home”. Manis amat Bang Barista!
4 Comments
Thanks untuk infonya apakah ada ketentuan minimum berapa besar saldo tabungan? Trims
Hi Marie Lim,
Mohon maaf baru sempat baca dan balas pesannya. Tidak ada ketentuan besar saldo seingat saya, tapi dikira-kira saja.. Untuk amannya bisa dihitung seperti ini: living cost (normal) di SA sekitar berapa dikalikan dengan jumlah lama visit, dapat nominal X. Sebaiknya mungkin saldo tabungan 2 kali lipat angka X tersebut ya. Gak ada aturan khusus sih, tapi lebih aman kalau ada extra. Salam.
Thanks kak sangat membantu informasinya..
Apakah saya bisa tanya2 jika ada kesulitan urus visa sendiri?
Hi kak aku saat ini mau proces visa SA kebetulan saya berada di bali dan saya akan kirim documents ke jakarta via kurir ini lagi wa embassy gak di balas2 pertanyaan saya kalo saya kirim lewat kurir apakah saya wajib buat peryataan surat kuasa bahwa saya mengunakan jasanya? Or aku hanya kirim semua documents melalui kurir tanpa itu