Kali ini adalah kunjungan keduaku ke Karimun Jawa. Happy banget deh bisa main lagi ke Karimun Jawa dan kali ini bareng Nico. Aku menginjakkan kaki pertama kali di Karimun Jawa pada tahun 2009—kalau tidak salah ingat bersama 16 teman, bareng-bareng dari Jakarta (dari terminal Rawamangun) naik bus ke Jepara. Waktu itu di Karimunjawa listrik dan pilihan penginapannya terbatas. Kalau dipikir-pikir, hardcore juga trip-nya. Capek. Hahaha. 14 tahun yang lalu, Firsta tidak keberatan untuk trip nge-gas macam itu. Untuk kali ini trip-nya mulai (dan selesai) di Yogyakarta dan agak santai.
Hai hai! Kemarin sempat cerita sedikit tentang pengalaman ikutan kelas tembikar, ceritanya bisa dibaca di sini. Tulisan kali ini, selain saya mau mengingat proses yang terjadi selama tiga kali pertemuan / kelas di studio keramik di Yogya, saya juga mau mengulas (kecil-kecilan) hasil akhirnya. Untuk jadi proses pembelajaran diri sendiri dan semoga bisa berguna juga untuk kamu.
Sekarang ini siapa yang gak tahu kalau Jawa Timur punya seabrek air terjun? Zaman dulu banget, saya cuma pernah main ke air terjun Madakaripura saja. Itu aja sudah wow banget air terjunnya! Setelahnya, sempat main ke air terjun Tumpak Sewu tapi karena keterbatasan waktu, saya tidak pergi ke semua spot di sana. Kemudian pernah juga rafting di sungai Pekalen dengan banyak air terjun disekitarnya. Cantik sekali!
Senang rasanya bisa ‘ngendon’ di Bandung selama 1 minggu. Jadi punya cukup waktu untuk cobain beberapa kafe. Kami memutuskan mampir seminggu di Bandung dalam perjalanan dari Jakarta ke Yogyakarta, tujuannya buat memecah perjalanan–karena kami naik kereta, supaya gak terlalu lama gitu kesannya (padahal sih dari Bandung ke Yogya naik kereta ya masih berasa juga lamanya haha …). Kami tiba di Bandung hari Minggu siang dan pergi dari Bandung hari Minggu pagi minggu depannya.
Seperti kebanyakan orang—malas mengeksplorasi lokasi yang dekat dari rumah, mentang-mentang Bandung dekat sama Jakarta (saya domisili utamanya di Jakarta, eh, tapi mau pindah ke Yogya deng), jadinya jarang kepikiran main ke Bandung. Harus ada apa gitu yang penting banget, baru deh main ke Bandung. Kalau dihitung-hitung, mungkin saya ke Bandung baru sekitar 5-6 kali, atau 7 kali. I know! Harus lebih sering main ke Bandung. But anyway, that is the reality. Semoga kedepannya lebih semangat untuk explore Bandung.
Pertama kali dengar nama Suroloyo akhir 2013 ketika salah satu teman di Yogya berujar dia mau mendaki Suroloyo untuk menikmati momen matahari terbit. Kala itu terbayang bahwa Suroloyo mungkin adalah sebuah bukit. Kalau Suroloyo itu gunung, saya biasanya sudah pernah dengar namanya, tapi nama itu asing sekali atau bisa juga saya yang lupaan, sih, haha. Singkat cerita, saya tidak berusaha mencari tahu lebih lanjut tentang bukit ini. Saya biarkan saja Suroloyo menggantung di pikiran saya. Enam tahun kemudian, saya berkesempatan mengunjungi bukit itu.
Who doesn’t find a bright yellow pumpkin with black dots interesting or at least quirky and caught the attention? Well at least I do.
I think the first time I ever saw work by Yayoi Kusama was on the internet. I found her work interesting. I started to read a bit about her, and research some of the stories behind the artwork that she had created, and her career.